Networking



Saya punya abang sepupu, dia ini yang dulu membawa saya masuk bekerja di PT TES segera setelah lulus kuliah. Kami sempat bersama sama mengerjakan sebuah proyek simulator tank di Pusat Pendidikan Kavaleri (Pusdikkav) di Padalarang Bandung. Pagi ini tadi dia menelepon,

Puncak: Ndra, punya kenalan anak mikrobiologi ITB cewek?

Chandra: Yo ada beberapa sih, piye?

P: Yang bapaknya tentara di Pusdikkav ada?

C: Oalah, ada, lha itu anaknya Pak Malik, Ibang atau siapa pernah cerita Pak Malik itu jaman dulu orang yang jadi PIC di proyek simulator kita, pas aku belom masuk tapi. Pas akhir-akhir kemaren diganti Pak Rohmani itu.

P: Woo gitu, jadi pernah liat aku yo sebagai orang TES?

C: Mestine pernah. Anak Pak Malik namanya Ulya Alviredita Malik. Piye emang?

P: Jadi tadi aku dari Pusdikkav terus ngobrol sama Pak Malik ini ditanya punya kenalan yang paham drone gak. Katanya temen anaknya ini orang drone, kalo ada kenalan yang bisa di-link boleh nih lagi ada proyek-proyek butuh tenaga.

C: Lha yo itu pacarnya Ulya itu temen kosku dan sejurusan juga. Emang dia punya start-up mapping dan monitoring pakai drone. Kenal itu mah, bahkan di awal dulu aku yang ngedesain website mereka tahun 2017. Kemaren temenku ini juga rada-rada ngode ngajakin proyek, tapi karena di luar jawa jadi gak bisa. Aku masih ada kerjaan di Bandung

P: Ooh cocok berarti sing dibilang Pak Malik.

C: Iyo gitu bener, temenku akrab itu. Nek Ulya aku gak terlalu kenal cuma beberapa kali ketemu, tapi si Randhy nya ini sih akrab. Jadi misal ada kontak-kontak yo aman, aku kenal. Lanjut.

P: Okesip besok nek ada update dan butuh bantuan tak calling yo.

C: Siyaap

Sebuah usaha masuk ke dalam lingkaran pekerjaan, sebagai orang yang digunakan, untuk mencari jam kerja dan tentu tabungan. Ada dua cara datangnya rejeki. Pertama nemu. Kedua dari orang lain. Kalau tidak pandai nemu, berkenalanlah dengan banyak orang. Networking.

Pernah dengar alasan kenapa anak dari kelas menengah justru banyak yang tidak sesukses anak dari kelas atas atau kelas bawah sekalian?

Karena anak kelas menengah kurang bisa melihat peluang. Anak kelas atas memiliki peluang terhampar di depan matanya, dengan segala priviledge mereka tinggal menjalani saja. Anak kelas bawah dengan keterbatasannya memiliki kemampuan yang terasah untuk melihat sekecil-kecilnya peluang.

Anak kelas menengah kurang tinggi untuk mendapat ke

mudahan melihat peluang dan terlalu tinggi untuk belajar melihat peluang. Setahun terakhir saya tidak terikat dengan perusahaan apapun, justru disini saya melihat jelas bagaimana orang-orang mengubah peluang menjadi uang. Alhamdulillah

0 comments :

Post a Comment