Review Spiderman: Far From Home



Tidak ada buatan manusia yang abadi, termasuk MCU Phase 3 yang ditutup dengan film Spiderman: Far From Home ini. Meskipun tidak sefantastis Endgame, tapi status sebagai penutup phase 3 menjadikan film ini ditunggu-tunggu. Terbukti dari susahnya mendapat seat strategis di bioskop sekalipun sudah mencari lewat pembelian online berjam-jam sebelumnya.

Selain penutup phase 3, Far From Home adalah kelanjutan film Spiderman sebelumnya yaitu Homecoming. Kali ini Peter Parker ingin berhenti sejenak dari tanggung jawabnya sebagai superhero dan ikut karya wisata sekolahnya. Sayangnya bahaya mengikuti kemanapun dia pergi, atau lebih tepatnya dikondisikan begitu.

Peter Parker yang sejak awal tidak berminat melawan ancaman yang datang terpaksa ikut terlibat setelah tidak sengaja melakukan kesalahan yang membahayakan teman-temannya dan orang lain di Eropa. Beruntung dia tidak sendiri, ada Nick Fury, Maria Hill, Happy, dan kebetulan-kebetulan hebat yang membantunya keluar dari masalah.


Kalau di Endgame hampir tidak ada adegan action di satu jam pertama karena lebih banyak menggali dramanya, Spiderman FFH langusng menyuguhkan battle dengan monster sejak awal. Ini berlanjut hingga akhir film ketika Spiderman melawan villain yang sebenarnya. Kalau kata reviewer luar negeri, film ini sangat action-packed. 

Kalau suka dengan adegan gelut-gelutan, film ini sangat memuaskan. Apalagi CGI dan visual efeknya kuueeren. Plus kostum dan logo Spiderman yang beberapa kali diclose-up tampak sangat modern. Kalau dari segi jokes ini bukan film Marvel yang paling lucu, yaa menengah ke atas lah. Kita perlu berterima kasih pada Ned (+Betty) dan Happy soal kelucuan ini.



Soal cerita, saya sempat heran kok ada holes yang sangat tampak ketika sampai di bagian tengah-tengah film. Mosok Marvel membiarkan celah begini rupa tampak oleh penonton biasa. Namun ketika saya tengah terheran-heran, mereka memberikan jawabannya. Saya jadi senyum-senyum sendiri.

Holes-nya adalah setelah Mysterio dan Elemental bertarung di Vanice maupun Prague dengan eskalasi sebegitu tingginya kok tokoh-tokohnya masih bisa menginap dan nongkrong di kota itu dengan santainya seolah kejadian tadi siang itu tidak ada.

Soal CGI yang bagus tadi, sayangnya ada penggunaan yang berlebihan menurut saya. Diceritakan senjata si penjahat dalam film ini adalah kemampuannya membuat ilusi. Ilusi ini dibuat dengan teknologi (ala ala Tony Stark) dan bukan dengan sihir (macam Dr Strange), namun dalam beberapa kesempatan menurut saya ilusinya terlalu fantastik jika dilakukan hanya dengan cara video mapping.



Hal lain yang jadi pertanyaan saya adalah kenapa MJ di sini harus digambarkan sebagai siswi yang aneh dan anti-sosial. Sejak Homecoming sampai FFH ini saya belum menemukan alasan kenapa MJ ini tidak dibikin manis saja. Justru aunt May yang jadi pemanis film ini tidak banyak tampil. Hikmahnya film ini jadi semakin ramah untuk semua usia.

Terakhir, sebuah alasan kuat untuk menonton film ini adalah untuk mendapatkan jawaban dari beberapa premis yang muncul di Endgame. Jadi kalau belum sempat nonton di bioskop, saya sarankan untuk nonton di internet jika nanti sudah tersedia. Kalau dilihat dari after credit-nya kemungkinan film ini akan jadi jembatan untuk film-film Marvel berikutnya.



Ada dua after credit scene di film ini, dua-duanya penting. Selain itu di awal film juga ada scene yang menarik jadi pastikan jangan sampai telat masuk studio. Lebih penting dari itu pastikan sudah nonton Endgame sebelum nonton Spiderman Far From Home.

Moral value: jangan mudah tertipu pencitraan.

@chandranrhmn


0 comments :

Post a Comment