Do I Look So Strange?


Beberapa waktu lalu ada yang viral di twitter yaitu soal keluhan para wanita tentang sebegitu tak acuhnya para pria pada penampilan, terutama sepatu. Ketika wanita menghabiskan waktu berjam-jam untuk memilih OOTD, pria memakai sepatu yang itu itu aja untuk berbagai acara.

Nampaknya niatan pria untuk hidup simple dianggap sebagai ketidakniatan dalam berpakaian. Saya jadi tergelitik dan nggak tahan untuk tidak berkomentar. Seperti biasa saya coba tanggapi dengan jenaka tapi malah dianggap serius dan agak di-salty-in.



Yawislah gapapa namanya netizen. Karena malas adu tanggapan di twitter, saya ingin ajak mereka-mereka naik mesin waktu untuk kembali ke masa kecil saya.

Saya besar di keluarga yang biasa-biasa saja. Sejak saya kecil sampai SMP, sepatu bukanlah barang yang menyediakan pilihan. Saya hanya punya dua pasang sepatu, satu sepatu bola, satu sepatu sekolah. Sepatu sekolah merknya Ardiles atau Bata, dan warnanya selalu hitam all black. Harus hitam karena aturan di sekolah saya dulu begitu.

Saat itu tidak terpikir di benak saya bahwa sepatu itu terikat dengan fungsi. Bagi saya satu sepatu untuk banyak acara. Andaikan sepatu bola nggak harus dilengkapi pul, mungkin saya main bola dengan sepatu sekolah itu juga.

Saya baru beli sepatu lagi jika sepatu yang lama sudah rusak. Jadi hampir tidak ada masa dimana saya punya lebih dari satu pasang sepatu sekolah. Tapi saya sudah harus bersyukur, ada teman yang terpaksa masih memakai sepatu bolongnya karena belum mampu beli yang baru. Jadi posisi saya di pertengahan lah.

Btw entah kaki saya tajam atau memang kualitas sepatu merk itu tadi agak kurang, sepatu yang saya pakai nggak pernah bertahan lebih dari setahun, Sebagian besar malah rusak dalam satu semester. Tapi alhamdulillah prinsip orang tua saya kalau untuk sekolah jangan kurang-kurang.

Masuk SMA, pertama kalinya saya punya sepatu yang agak mewah merk Reebok, dikasih sama om. Warna hitam juga tapi ada silver-silvernya dikit. Walaupun agak naik kelas, sikap saya terhadap sepatu nggak berubah. Satu sepatu itu yang saya pakai untuk sekolah, jalan-jalan, sepedaan, bahkan kondangan. Tapi nggak pernah saya pakai kotor-kotoran, Sebuah Reebok adalah barang mewah waktu itu.

Sikap bahwa belum beli sepatu baru kalau yang lama belum rusak juga berlaku, Tapi karena ini lebih mahal ternyata kualitasnya lebih bagus dan lebih awet. Harga yang lebih mahal itu jadi reasonable. Berikut-berikutnya kalau beli sepatu saya milih yang bakoh sekalian kaya ini.

Alhamdulillah semakin kesini saya bisa memiliki beberapa pasang sepatu sekaligus. Tapi ini mungkin tetap tidak akan memuaskan @hitmansystem yang bilang pria harus punya minimal 3 sepatu:

1. Dress shoe buat acara formal
2. Sneaker buat acara non-formal atau casual
3. Training/running shoe buat olahraga




Saya baru punya dress shoe sehari sebelum sidang sarjana. Sepatu itu cuma saya pakai 2 kali: pas sidang itu dan pas wisuda. Hampir-hampir saya lupa naruh sepatu itu dimana.

Sneaker saya nggak punya. Sebagai gantinya saya beli selop Skecher yang saya pakai untuk ngampus, ke mall, nonton film, makan, dan lain sebagainya. All terrain banget. Kalau pergi-pergi yang melibatkan banyak jalan kaki saya pakai sepatu running.

Sepatu olahraga ini yang lebih baik, saya punya beberapa dari berbagai merk: sepatu running, sepatu futsal, sepatu badminton, sama ada sepatu bola tapi sudah rusak. @hitmansystem tau nggak sih kalau beda olahraga beda sepatunya.

Selera saya aneh? mungkin. Tapi dengan latar belakang saya seperti itu tadi saya punya threshold sendiri dalam menentukan acara apa pakai sepatu apa. Pasti beda dengan anak ibukota yang sejak kecilnya sudah dikenalkan dengan berbagai macam sepatu untuk acara-acara tertentu.

Tapi saya juga tidak benar-benar menutup mata untuk fashion. Sejak kecil saya diajarkan untuk bisa menempatkan diri dan menghormati orang lain. Kalau saya punya kesempatan ketemu presiden atau menteri pasti saya akan pakai sepatu resmi. Tapi saya pernah presentasi di depan wakil rektor ITB dan cuma pakai sepatu lari.

Saya nggak berniat menihilkan standar well-groom yang ada di masyarakat. Tapi saya tetap memperhatikan fungsi dan rasionalitas dalam memilih alas kaki. Doakan saya dapat istri yang mengerti fashion sehingga bisa mem-permak saya agar lebih trendy wkwkw


0 comments :

Post a Comment