Kepo



Sekarang kata kepo sudah masuk ke KBBI loh. Menurut KBBI kepo artinya rasa ingin tahu yang berlebihan tentang kepentingan atau urusan orang lain. Ada beberapa dalil, tapi yang paling kuat mengatakan kepo awalnya adalah singkatan dari Knowing Every Particular Object.

Hampir setiap kata punya nuansa, termasuk kepo. Sayangnya, konotasi yang disematkan padanya cenderung negatif. Seolah orang yang kepo selalu telah melanggar hak privasi orang lain. Padahal belum tentu, bisa jadi kitanya sendiri yang menaruh informasi itu untuk publik. Orang yang kepo hanya butuh sedikit usaha untuk tahu tentang kita, dengan scroling media sosial misalnya.

Saya akui saya juga orang yang sering kepo. Bukan karena ingin tahu privasi orang lain, tapi saya merasa ada beberapa keuntungan ketika kita tahu banyak tentang orang. Bukankah badan intelejen dibentuk dan dibayar untuk itu?

Dengan tahu apa yang seseorang suka atau benci misalnya, kita bisa membuatnya lebih positif hanya dengan mengajaknya berbicara tentang yang disukainya dan menghindari menyebut hal yang membuatnya tersinggung. Bayangkan bencana yang ditimbulkan dari pertanyaan sederhana "Bapak apa kabar?" kepada orang yang ternyata yatim.

Selanjutnya, dengan tahu seseorang itu berasal dari mana atau pernah sekolah dimana kita bisa memperbanyak bahan obrolan yang berbobot. Apalagi jika kita dan lawan bicara memiliki kesamaan dalam hal alumni sekolah atau kuliah di kampus yang sama, obrolan sederhana bisa jadi ajang nostalgia.

Sisi positif lain dari kepo adalah jika kita baru akan pertama kali ketemu dengan seseorang, kita bisa cek dulu wajah dan penampilannya seperti apa jadi mudah untuk mengidentifikasi. Operasi intelejen yang ini gampang dilakukan di jaman media sosial seperti sekarang.

Masih ada beberapa sisi positif dari kepo, tapi tiga alasan di atas adalah yang paling signifikan. Dengan melakukan itu, saya jamin kita akan lebih mudah masuk ke lingkungan baru atau mengenal orang baru. Apalagi untuk orang introvert macam saya.

First impression means more sekarang ini. Beberapa menit awal berkenalan atau bertemu kita sudah bisa menilai apakah orang/grup ini asik atau tidak, nyambung atau tidak, jodoh atau tidak, eh. Dengan kepo lebih dulu, kita bisa punya kendali lebih terhadap first impression diri kita di mata dia/mereka.

Jangan sampai kita salah ngomong hal-hal yang membuat mereka ilfeel. Mending kalau itu sekedar orang yang ketemu satu dua kali saja, tapi kalau itu klien bernilai ratusan juta gimana?

Agar tidak menimbulkan masalah tentu kepo harus dikasih batasan. Janganlah kita sampai ingin tahu segala urusan dan kepentingan orang. Kita cukup mengeksplor informasi-informasi yang sifatnya publik dan yang paling mudah adalah dengan memanfaatkan media sosial.

Kalau kita memang benar-benar ingin tahu tentang orang, kita bisa cek medsos orang tersebut mulai dari facebook, twitter, instagram, askfm, blog, linkedin, youtube, dan lain sebagainya. Memang tidak semua orang punya akun disana, tapi kita berharap saja bisa menemukan namanya di kolom pencarian.

Instagram memberi tahu kita tentang aktivitasnya sekarang, siapa teman-temannya, dan dimana dia beraktivitas. Facebook lebih ke melihat sejarah orang tersebut, dimana dia pernah bersekolah, siapa mutual friend kita, bahkan kita bisa lihat foto-foto masa lalunya kalau belum dihapus.

Twitter dan blog berguna untuk tahu seperti apa personal orang tersebut karena dua sosmed ini berbasis tulisan dan kata-kata. Di twitter lihat apa yang dia tweet, retweet, dan terutama like. Blog memberi informasi lebih dalam tentang orang tersebut karena lebih personal dan biasanya banyak curhatan

LinkedIn jika dikelola tentu menjadi sumber informasi komplit tentang karier profesionalnya, sangat sesuai untuk kepo urusan bisnis dan pekerjaan. Di youtube kita bisa cari akunnya, lihat liked video jika dipublish, dan terutama lihat video apa yang pernah diupload. Generasi milenial ini sering upload video untuk kepentingan lomba atau seleksi, sumber bagus untuk kita tahu lebih banyak tentang orang itu.

Sosial media lain punya metode kepo dan jenis informasi yang beragam sesuai dengan karakter sosmed masing-masing. Jangan lupakan juga cara paling mudah untuk kepo yaitu dengan search namanya di pencarian google, kalau banyak sepak terjangnya pasti keluar beritanya.

Selain kepo orang yang bersangkutan, kita juga bisa memanfaatkan sosial media milik teman atau keluarganya, ini juga bisa memberikan informasi lebih dalam jika dibutuhkan. Tentu seberapa dalam kita mencari tahu tergantung seberapa besar keperluan kita untuk tahu. Tetap jaga kesopanan, hanya lihat informasi yang memang dia ijinkan untuk diakses oleh publik.

Disini kita juga harus ingat bahwa kita juga bisa menjadi obyek kepo. Jika kita tidak ingin banyak diketahui orang lain pastikan kita membedakan mana informasi untuk publik dan mana yang untuk lingkaran dekat saja. Jika merasa terganggu dengan orang yang tahu banyak tentang kita jangan langsung menyalahkan dia kepo, cek juga apakah kita dengan mudahnya memberikan data.

Kita juga harus waspada di media sosial, jangan asal posting nomor hp pribadi atau orang lain tanpa ijin, jangan dengan mudah memberitahukan nama orang tua, kakak, adik, atau saudara lainnya, dan jangan melakukan diskusi sensitif atau rahasia di timeline media sosial.

Kepo dengan penuh tanggung jawab dan sopan santun ya!


0 comments :

Post a Comment