Kamu Ngerokok Nggak?



"Kamu ngerokok nggak?"

Pertanyaan yang saya cukup enjoy menjawabnya karena alhamdulillah seumur hidup belum pernah ngrokok. Bapak nggak ngrokok, mosok saya ngrokok. Tapi saya juga tidak sampai alergi asap rokok. Di kantor yang lama mayoritas coworker-nya perokok. Saya jadi perokok pasif dan akibatnya sempat kena bronkitis. Hati-hati ya sama asap rokok dan asap jalanan.

Waktu makan malam tadi saya sempat wawancara teman saya yang perokok. Ada beberapa insight yang saya dapat setelah ngobrol dengan beberapa perokok.

Yang pertama adalah bahwa tidak semudah itu untuk berhenti merokok bagi orang yang terlanjur terbiasa. Orang yang nggak merokok sering bilang, "hey gak usah ngrokok, mending ditabung nyicil beli rumah", "gak ngrokok setengah tahun duitnya udah bisa dipake buat beli Nmax lho", dll. Tapi bagi orang yang merokok, mereka lebih memilih menghemat biaya makan daripada berhenti membeli rokok jika alasannya karena uang.

Kita harus paham bahwa hampir setiap orang punya kecanduan terhadap sesuatu. Saya kecanduan game Football Manager misalnya, atau ada yang kecanduan game online, bahkan video porno. Ada juga yang kecanduan kopi, teh, gula, soda, dan segala macamnya. Biasanya yang namanya kecanduan konotasinya negatif. Selain sesuatu yang berlebihan tidak baik, jarang orang yang punya candu kepada hal-hal positif. Lebih banyak mana, orang yang kecanduan fitness atau kecanduan Mobile Legend?

Kita pun sering tidak sadar bahwa kita juga mengeluarkan uang untuk memenuhi candu kita itu. Setiap hari minum kopi lebih dari kebutuhan, emang kopi gratis? enggak. Kecanduan drama korea, emang paket internet gratis? enggak. Jadi memakai argumen uang untuk menyuruh orang berhenti merokok tidak praktis.

Cara paling efektif membuat orang berhenti merokok adalah membuatnya malu untuk merokok. Rasa malu adalah pengendali sikap manusia yang paling luar biasa. Ada dua cara mengondisikan agar orang malu mau menyalakan rokoknya.

Pertama adalah membuat larangan tegas. Larangan memang bisa dianggap angin lalu dan dilanggar begitu saja. Tapi ini yang penting:
Jika larangan itu cukup tegas untuk menekan jumlah perokok sehingga perokok di suatu lingkungan jumlahnya sangat sedikit atau bahkan tidak ada, maka larangan itu menjadi efektif. Karena orang punya kecenderungan untuk malu menjadi berbeda. Merokok seorang diri di keramaian membuat si perokok tidak nyaman.
Saya yakin dari 500++ penumpang satu rangkaian kereta, jumlah perokok yang ada di dalamnya setidaknya berkisar antara 100 hingga 150 orang. Diantara itu pasti ada yang menahan diri untuk tidak merokok bukan karena takut diturunkan petugas tapi karena malu kalau dilihat orang. Bisa malu dilihat merokok, atau malu ditegur petugas.

Cara kedua berdasarkan wawancara saya ini agak sulit dikondisikan dan biasanya terjadi secara alami. Tapi dasarnya sama, rasa malu. Kawan saya ini cerita kalau dia sampai saat ini belum pernah merokok di depan teman yang perempuan, malu katanya. Artinya sama seperti kita semua, kalau punya kebiasaan yang sekiranya memalukan kita cenderung menyembunyikannya.

Lalu saya tanya, "kalau ada cewek yang nanya kamu ngrokok atau enggak jawabnya apa". "Kadang-kadang", kata dia.



gambar: vapingdaily.com

0 comments :

Post a Comment